Ustadz Syam meminta maaf atas apa yang di sampaikan belum lama ini di Salah satu stasiun TV, yang menjadi pertanyaan apakah kesalahan tersebut menurut agama ataukah hanya menurut opini..??? Ini yang saya belum jelas...


Menjadi seorang publik figur, baik itu selebritis, politikus, pejabat, atau bahkan tokoh agama tentu akan menjadi sorotan masyarakat luas, segala gerak gerik dan ucapannya akan selalu dimonitor dan menjadi bahan perbincangan. Perilaku positif maupun negatif mereka akan menjadi tuntunan dan ditiru banyak orang. Beruntung jika positif, akan banyak orang terinspirasi dan mengikuti jejaknya, bagaimana jika negatif akan banyak orang pula yang terjerumus karena ikut-ikutan. Seperti yang menimpa ustadz Syamsuddin Nur Makka , da’i muda asal Maros Sulawesi Selatan itu dikecam netizen karena isi ceramahnya di salah satu stasiun televisi swasta dinilai tidak pantas dan menyakiti umat islam. Dilansir dari http://www.opinibangsa.id (18/07/2017), dalam ceramah yang tayang di TransTV pada tanggal 15 Juli 2017 itu, pria yang akrab disapa ustadz Syam itu mengatakan bahwa salah satu nikmat terbesar bagi penduduk surga adalah pesta hubungan intim yang ditahan- tahan di dunia. “Salah satu nikmat yang ada dalam surga adalah pesta hubungan intim, minta maaf karena inilah yang kita tahan-tahan di dunia,” ujar ustadz Syam, dikutip dari http://www.opinibangsa.id (18/07/2017). Rekaman acara tersebut tersebar di jejaring dunia maya, sontak saja para pemirsa layar kaya di seluruh Indonesia memberikan kritik tajam pada ceramahnya itu. Sadar dirinya salah, kemudian secara sukarela sang ustadz meminta maaf pada publik lewat video yang dia unggah di akun twitternya @itss_syam. "Audzubillahiminasyaitonirrojim, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya Syamsuddin Nur Makkah, mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan dan kekhilafan saya yang saya lakukan pada tayangan Islam Itu Indah, Sabtu 15 Juli 2017, di mana saya mengungkapkan kata-kata yang mungkin menyakiti hati para pemirsa, menyakiti hati para jamaah dan juga memang tidak pantas untuk saya katakan”. ujar Syam. Selain itu, sang ustadz juga mengatakan bahwa kalimat itu keluar dari mulutnya akibat kebodohan dan kedangkalan ilmu yang dia miliki. “Itu semua berasal daripada kerendahan saya, berasal daripada kedangkalan ilmu saya, di mana saya juga masih belajar. Oleh karena itu saya minta pintu maafnya dibukakan sebesar-besarnya”, pungkas ustadz Syam. Point penting yang bisa diambil dari peristiwa ini adalah jaga selalu amanah masyarakat, kalau tidak maka sedikit demi sedikit kepercayaan masyarakat akan hilang. =======Catatan===catatan==catatan====catatan=== masyarakat yang mengkritik mungkin keilmuan tentang agama lebih tinggi atau sebaliknya ya..? Tidak menutup kemungkinan karena opini yang Akhirnya perkataan ustadz ini menggiringnya menjadi Salah Dan Akhirnya meminta maaf, karena kaidah yang harus menjadi pegangan seperti ini, antara yang dikritik Dan mengkritik apakah seimbang atau tidak tentang masaalah keilmuan dan wawasan tentang agama.? Apabila Ada ucapan atau penyampaian yang terlontar dari sumber yang dianggap menyalahi Tentunya orang yang menyalahkan tersebut harus mengerti pula tentang masaalah yang di sampaikan tersebut, dan juga bagi yang mengkritik tersebut haruslah mempunyai sanggahan dari sesuatu yang terlontar Dan terucap dari sang sumber, Jika tidak memiliki kredibilitas dan kafasitas yang yang diperlukan tersebut itu namaya siyakul kalam menurut nafsu saja, Jadi kritik tersebut tidak sesuai atau dapat diterima. Ada satu permasalahan yang belum lama tejadi Dan sempat menghebohkan masyarakat, yaitu; ”lebih baik mana pemimpin Islam yang tidak adil dengan pemimpin non Islam yang adil?” pertanyaan ini tidak mendidik Dan tidak adil,maka dari itu tidak perlu di jawab. Pertanyaan yang semestinya di ucapkan adalah ; "lebih baik mana pemimpin Muslim yang adil dengan pemimpin non Muslim yang adil?" maka jawaban ummat Islam adalah “pemimpin Muslim yang adil”. Begitupula jawaban non Muslim Tentunya akan mengatakan yang terbaik adalah “pemimpin non Muslim”. Karena pada dasarnya setiap agama menyeru untuk meyakini agamanya, tidak mungkin sebaliknya, Dan Jika Ada orang yang justeru menyeru kepada agama yang bukan agama yang di anutnya maka diyakini orang tersebut tidak yakin akan agamanya sendiri.. By: Al garibin ba'id

Comments